SeukuranGedung Pencakar Langit, 7 Asteroid Ini Meluncur ke Arah Bumi Objek luar angkasa ini berukuran lebih dari 149 meter dan melintas dalam jarak 7.400 kilometer dari Bumi. Amelia Prisilia Rabu, 09 Juni 2021 | 11:30 WIB Ilustrasi asteroid. (pixabay/UKT2) Sistemtata surya terdiri dari sebuah bintang yang disebut matahari, sembilan planet, dan benda-benda langit lainnya, seperti komet, meteorid, dan asteroid. Planet-planet mempunyai ukuran yang berlainan dan bergerak mengelilingi matahari dalam lintasannya masing-masing. Untuk mempelajari tentang planet ini, cobalah lakukan kegiatan berikut. JarakAltair ke bumi juga cukup dekat, sehingga bisa dilihat dengan mata telanjang. Jadi, untuk menemukan Aquila, cukup temukan Altair dan kita akan menemukan bagian lain dari rasi bintang satu ini. Aquila (sumber: abc.net.au) Pegasus merupakan rasi bintang terbesar ke-7 di langit. Letaknya berada di langit bagian utara. Nama Pegasus Vay Tiền Nhanh. Kita semua berputar mengelilingi matahari di kapal luar angkasa bernama bumi, dengan kecepatan 30 Kilometer per detik, yang dilindungi gelembung tak kasat mata, yaitu atmosfer. Jadi, bagaimana kita bisa tahu di mana awal dan ujung luar angkasa? Sulit menentukannya, sebab batasnya tidak jelas terlihat. Semakin kamu terbang dan menjauh dari permukaan, udara makin bersih tidak pekat, dan akhirnya hilang. Saking tipisnya udara, sayap pesawat sampai berhenti berfungsi, pada jarak itu sekitar 100 Kilometer ke atas atau satu jam berkendara. Jika kamu melaju dengan kecepatan di jalan tol, kamu sudah meninggalkan bumi dan memasuki Cosmos. Jarak luar angkasa hanyalah 100 Kilometer atau tidak sampai jarak dari Jakarta ke Bandung, yakni sekitar 150 Kilometer. Stasiun luar angkasa internasional terbang 400 Kilometer di atas bumi atau sekitar jarak Jakarta ke Banjarnegara. Iya, masih satu pulau. Kamu melihat ratusan satelit berputar tenang mengelilingi bumi, tidak ada atmosfer dan tidak ada suara sedikitpun. Satelit GPS mengorbit jauh lebih tinggi lagi di ketinggian kilometer, setengah jarak khatulistiwa bumi, tapi tetap lebih pendek jika dibanding tembok besar Tiongkok. Terbang hampir 2 kali lebih tinggi di ketinggian Kilometer ada satelit tertinggi yang terbang di atas sana, dan mengelilingi bumi dengan kecepatan yang setara dengan rotasi bumi. Jadi, bagi pengamat di permukaan bumi seperti kamu, satelit ini menggantung di titik yang tetap di langit, layaknya lampu gantung yang bernama “orbit geosinkron”. Kita bergerak semakin jauh, sampai Kilometer dan bertemu satelit terbesar yang mengelilingi planet ini, Bulan! Memang besar kalau dibanding satelit biasa, tapi ukurannya ternyata sangat kecil, seperempat ukuran bumi dan lebih kecil dari benua Asia dari segi luas permukaannya. Makin jauh kamu terbang, makin tak terbayangkan angkanya, jutaan milyaran kilometer. Kita belum pernah bergerak di jarak sejauh itu dalam kehidupan sehari-hari. Coba bayangkan, sejuta detik setara 11 hari, tapi semiliar detik adalah 31 tahun. Jadi, mari buat perjalanan ini lebih mudah dan beralih ke kecepatan cahaya. Seperti saat kamu menyalakan lampu dan bohlamnya langsung menyala. Iya, secepat itu! Sekarang, kita akan melihat seberapa besar tata surya kita atau justru kecil? Mari mulai di pusatnya. Matahari ke Merkurius, 3 menit Cahaya Satu hari di Merkurius setara 176 hari di bumi, dan satu tahunnya setara 88 tahun bumi, dan beratmu cuma 38 persen dari beratmu biasanya. Besar planet ini tidak sampai setengahnya Planet kita, Matahari ke Venus, hanya 6 menit Saya tidak menyarankan untuk menimbang berat badan di Venus, suhu di sana bisa mencapai 469 derajat Celcius, dan tekanannya membuatmu seolah berada di kedalaman 900 meter di bawah permukaan laut. Kecepatan anginnya pun mencapai 700 Kilometer per jam, tempat yang luar biasa Matahari ke Bumi, 8 menit Jika matahari habis terbakar saat ini, kita baru menyadarinya delapan menit kemudian. Nah, rotasi bumi pun terus melambat. Jadi, 140 juta tahun dari sekarang kita akan punya 25 jam dalam sehari. Omong-omong karena kita sedang dalam kecepatan cahaya, mari kita mampir sebentar ke bulan, cuma butuh 1,5 detik saja. Apollo 11 menghabiskan 3 hari untuk menjangkau jarak ini pada tahun 1999. Sebab kecepatan mereka tidak sampai kilometer per detik seperti pesawat ulang-alik itu bergerak sekitar 11 kilometer per detik. Matahari ke Mars, 13 menit Ngarai terpanjang dan gunung api tertinggi yang pernah manusia lihat sama-sama ada di Mars. Ngarainya 9 kali lebih besar dibanding Grand Canyon, dan ukuran gunungnya 3 kali Gunung Everest. Berdasarkan area luas si raksasa Olympus Mons hampir sama dengan Perancis. Matahari ke Jupiter, 43 menit Saat menuju Jupiter kita melintasi sabuk asteroid, dari sinilah bebatuan yang kita lihat sebagai meteor di langit berasal. Sebagai planet terbesar, Jupiter punya badai seukuran planet. Yaitu, bintik merah besar. Jupiter punya 79 bulan dan ukuran bulannya yang terbesar bernama “genimate” tak kalah dari ukuran bumi. Matahari ke Saturnus, 80 menit Galileo adalah orang pertama yang melihat cincin Saturnus. Tapi, teleskop miliknya kecil, jadi dia tidak melihatnya sebagai cincin melainkan telinga di dua sisi Saturnus. Cincin ini terbuat dari es, debu, dan bebatuan, sebagian berukuran sangat kecil seperti pasir sementara yang lain sebesar rumah. Matahari ke Uranus, 160 menit Uranussangat jauh sehingga harus dilihat dengan alat optik, dan menjadi planet pertama yang ditemukan dengan teleskop. Planet ini punya cincin tapi lebih kecil dibanding Saturnus, dan posisinya hampir berbaring miring jika dibandingkan planet lainnya. Uranus juga berputar terbalik tidak seperti arah perputaran planet lainnya. Jadi, Uranus menggelinding mengelilingi bumi. Matahari ke Neptunus, 4 jam cahaya Besar masanya 17 kali bumi, dan berdiameter hampir 4 kali Planet kita. 1 tahun di Neptunus sama dengan 165 tahun di bumi. Planet ini pertama kali ditemukan secara matematika, lalu secara visual, tak perlu repot-repot mendarat ke sana. Neptunus seperti bola gas raksasa lainnya dan permukaannya tidak padat. Matahari ke Pluto, 5,5 jam cahaya Pluto resmi tidak lagi dianggap sebagai planet, mungkin karena planet lain punya bulan yang lebih besar dibanding Pluto. Tapi, ia pernah menjadi planet. Jadi, mari kita mampir sebentar. Pluto sangat kecil bahkan lebih kecil dari Amerika Selatan. Butuh Waktu hampir 250 tahun bumi, bagi planet kerdil ini untuk berevolusi penuh mengelilingi matahari. Sejak ditemukan, Pluto bahkan belum menyelesaikan revolusinya satu revolusi penuhnya akan terjadi pada tahun 2178. 6 jam cahaya di luar orbit Pluto terdapat Eris, planet kerdil terbesar di tata surya kita bahkan lebih besar dari Pluto, dan biasanya lebih jauh, tapi terkadang Eris lebih dekat ke matahari. Bintang terdekat dari matahari, “proxima centauri” berjarak 4,2 tahun cahaya. Dalam ukuran galaksi, ini seperti tetangga sebelah kita. Galaksi Bimasakti terdiri dari 2 sampai 4 miliar bintang, sejauh yang kita ketahui. Jarak bintang terjauh yang bisa dilihat dalam galaksi kita adalah sekitar tahun cahaya. Berdasarkan skala kosmis ini sangat dekat, untuk mencapai sisi lain Bimasakti kita butuh waktu tahun cahaya. Lebih jauh lagi ada banyak galaksi lain, dan selagi kita mengobservasinya sesuatu yang aneh terjadi. Kalau melihat foto galaksi yang jauh dari teleskop Hubble, kamu akan menyadari gambarnya mirip seperti kaleidoskop seolah kamu melihat sekumpulan Galaxy yang mirip. Faktanya, itu cuma satu galaksi. Gravitasi membungkus ruang waktu di sekelilingnya dan membelokkan cahaya seperti lensa. Akhirnya kita melihat objek yang sama yang diproyeksikan beberapa kali. Tapi, tetap saja jarak luar angkasa lebih besar. Jarak galaksi terjauh yang bisa dilihat adalah 13,3 miliar tahun cahaya. Usia alam semesta yang dapat diobservasi adalah 13,8 miliar tahun dan diameternya 93 miliar tahun cahaya. Kamu bisa mengukur diameter alam semesta sebesar 93 miliar tahun cahaya. Tapi akan membutuhkan meteran karet elastis karena ukurannya selalu membesar. Angkanya akan tetap sama tapi jaraknya terus bertambah. Jadi, jika kamu membayangkan Planet kita berevolusi mengelilingi matahari lebih cepat, daripada kecepatan cahaya, dan berotasi pada sumbunya. Semua itu kini terasa tenang-tenang saja. Jika dibandingkan dengan skala alam semesta, kita hampir tak bergerak. Oke pikiran saya tidak sanggup memproses semua ini. ARTIKEL LAINNYA Sejak zaman dahulu kala, manusia selalu penasaran dengan segala sesuatu yang ada di luar angkasa. Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah berapa jarak Bumi ke langit ke-7? Apa itu Langit Ke-7? Sebelum membahas jarak Bumi ke langit ke-7, ada baiknya kita mengetahui dulu apa itu langit ke-7. Menurut kepercayaan agama Islam, langit ke-7 adalah lapisan terluar dari langit-langit yang ada di alam semesta. Lapisan ini diyakini sebagai tempat bagi para malaikat yang bertugas menjaga alam semesta. Apa Saja Lapisan Langit? Menurut kepercayaan agama Islam, terdapat tujuh lapisan langit di alam semesta. Masing-masing lapisan memiliki fungsi dan tugas yang berbeda-beda. Berikut adalah lapisan langit beserta fungsinya Langit pertama terdapat awan dan hujan. Langit kedua terdapat bintang-bintang. Langit ketiga tempat bagi para malaikat yang bertugas membawa amal kebaikan manusia ke atas. Langit keempat tempat bagi para malaikat yang bertugas membawa amal buruk manusia ke bawah. Langit kelima tempat bagi para malaikat yang bertugas menjaga alam semesta. Langit keenam tempat bagi para malaikat yang bertugas membawa wahyu dari Allah SWT ke para nabi. Langit ketujuh tempat bagi para malaikat yang bertugas menjaga Arsy Allah SWT. Bagaimana Cara Mengukur Jarak Bumi ke Langit Ke-7? Mengukur jarak Bumi ke langit ke-7 tentu tidak bisa dilakukan dengan cara yang sederhana. Namun, para ilmuwan telah melakukan perhitungan dan estimasi untuk mengetahui perkiraan jarak tersebut. Estimasi Jarak Bumi ke Langit Ke-7 Berdasarkan perhitungan dan estimasi para ilmuwan, jarak Bumi ke langit ke-7 diperkirakan sekitar 2,4 juta kilometer. Jarak tersebut tentu sangat jauh dan sulit bagi manusia untuk menjangkaunya. Bagaimana Mengukur Jarak Bumi ke Langit? Meskipun mengukur jarak Bumi ke langit ke-7 sangat sulit, namun mengukur jarak Bumi ke langit pertama bisa dilakukan dengan cara yang relatif mudah. Berikut adalah beberapa cara mengukur jarak Bumi ke langit Menggunakan teleskop dengan menggunakan teleskop, kita bisa melihat benda-benda langit yang ada di luar angkasa dan memperkirakan jaraknya. Menggunakan satelit buatan satelit buatan bisa digunakan untuk mengukur jarak Bumi ke langit dengan cara mengirimkan sinyal ke langit dan mengukur waktu yang dibutuhkan untuk sinyal tersebut kembali. Menggunakan pesawat luar angkasa pesawat luar angkasa bisa digunakan untuk mengukur jarak Bumi ke langit dengan cara mengambil gambar dan mengukur jarak dari objek yang terlihat di gambar. Kenapa Penting untuk Mengetahui Jarak Bumi ke Langit Ke-7? Mengetahui jarak Bumi ke langit ke-7 memang tidak terlalu penting dalam kehidupan sehari-hari. Namun, pengetahuan tentang alam semesta dan segala sesuatu yang ada di dalamnya bisa memberikan banyak manfaat, seperti Menambah wawasan dan pengetahuan tentang alam semesta. Memperkaya budaya dan tradisi manusia. Menjadi sumber inspirasi bagi para ilmuwan dan peneliti. Kesimpulan Mengetahui jarak Bumi ke langit ke-7 memang tidak terlalu penting dalam kehidupan sehari-hari. Namun, pengetahuan tentang alam semesta dan segala sesuatu yang ada di dalamnya bisa memberikan banyak manfaat. Berdasarkan perhitungan dan estimasi para ilmuwan, jarak Bumi ke langit ke-7 diperkirakan sekitar 2,4 juta kilometer. Meskipun sulit untuk dijangkau, namun pengetahuan tentang jarak tersebut bisa memberikan manfaat dalam berbagai bidang. 2021-10-07 Artikel ini membahas tentang bagaimana cara mengukur jarak antara Matahari dan Bumi, serta benda-benda angkasa lainnya tanpa harus meninggalkan Bumi. Halo guys! Ketemu lagi nih dengan Steve dan Wisnu. Kali ini kita berdua mau ngomongin tentang gimana caranya ngukur benda-benda angkasa. Sebelum kita mulai, lo pernah gak, sih, wondering tentang seberapa jauhnya Matahari dari Bumi? Atau jarak antara Bumi dengan Bulan? Nah, kebetulan, kita sering banget dapet pertanyaan kayak gini Q Berapa sih jarak dari Bumi ke Matahari? Z AU lah. Q Eh seriusan. Kalo jarak dari Bumi ke Jupiter? Z AU AU AU AU AU. Q Apaan sih? Z Kan jarak dari Bumi ke Jupiter 5 kali AU. Jadi, secara simpel, jarak antara Bumi dengan Matahari adalah 1 AU. Apa itu AU? AU adalah singkatan dari Astronomical Unit. Satuan AU ini menjadi standar jarak semua benda angkasa yang terletak di dalam Tata Surya. Berhubung saat ini yang kita ketahui kehidupan dan peradaban yang berkembang hanya berada di Bumi, kita menjadikan jarak antara Bumi ke Matahari menjadi standar. Sedangkan Matahari dijadikan acuan simply karena semua benda langit yang ada di tata surya mengelilingi Matahari. Bahkan, jika kita sudah punya koloni di Mars atau di planet lain, menurut gue AU tetep akan jadi ukuran jarak standar. Home planet kita tetep aja Bumi. Gue nggak bisa nekenin lagi seberapa pentingnya jarak antara Bumi ke Matahari untuk bisa mengukur seberapa besarnya tata surya. Nah, di sini gue pengen ngebahas, nih, gimana ceritanya manusia bisa sampai pada standar 1 AU yang kita pakai sekarang ini. Gini ceritanya. Metode Aristarchus Elo bakalan kaget, gak? kalo gue bilang bahwa perjalanan manusia mengukur jarak antara bumi dan matahari dimulai sekitar 250 tahun sebelum masehi? That is the truth! Aristarchus 310-230 SM tercatat dalam sejarah sebagai manusia pertama yang mencoba mengukur jarak matahari dari bumi. Teori-teori yang disampaikan Aristarchus ini keren banget, mengingat beliau ada pada saat ilmu pengetahuan masih baru banget berkembang. Dari karya-karya beliau yang masih bisa dibaca, Aristarchus memprediksi bahwa pusat dari tata surya adalah Matahari. Tentu teori beliau masih sekitar 1800 tahun terlalu dini sampai dikorek oleh Nicholas Copernicus hingga menjadi sebuah teori astronomi yang paten. Tapi, karya beliau yang paling dikenal adalah perhitungan jarak antara Matahari dari Bumi. Sebelum kita mulai mengupas persamaan yang dirangkai Aristarchus, lo harus paham dulu bahwa jarak Matahari dari Bumi berubah setiap detiknya. Iya karena rotasi dan revolusi Bumi. 1 AU yang kita liat diatas itu merupakan jarak rata-rata dihitung dari orbit terjauh Bumi dari Matahari Aphelion dan orbit terdekat Bumi dari Matahari Perihelion. Aristarchus ini adalah salah satu astronom di zaman Yunani kuno. Dia lahir tahun 320 Sebelum Masehi. Bisa bayangin itu setua apa? Sekitar 2200 tahun sebelum Indonesia merdeka, 1600 tahun sebelum Majapahit, dan 700 tahun sebelum kerajaan Kutai kerjaan pertama di Nusantara. Pada zaman itu, tentu ga ada yang bisa bikin roket ke luar angkasa untuk mengukur jarak dari matahari ke bumi. Terus gimana cara Aristarchus ini bisa mengukur jaraknya? Okay, sebenernya Aristarchus ini belum benar-benar mengukur jarak dari matahari ke bumi. Yang dia lakukan itu cuma mengukur perbandingan antara jarak bumi-matahari dan bumi-bulan. Dia melakukan pengukuran ini ketika bulan tampak setengah lingkaran dari bumi. Wah, gimana caranya tuh? Nah, sebelum lu scroll ke bawah, coba pikir dulu, kira-kira gimana metode dia untuk mengukur perbandingan jarak Bumi-Matahari dan Bumi-Bulan ketika bulan tampak setengah lingkaran. Petunjuknya Gambar posisi Bulan, Matahari, dan Bumi ketika bulan tampak setengah lingkaran. Contohnya seperti gambar Bulan berikut ini. ? Okay, gue lanjutin ya. Ketika bulan tampak setengah lingkaran dari permukaan bumi, maka matahari, bulan, dan bumi akan membentuk sudut tegak lurus seperti gambar berikut ini Okay, perlu gue tekankan bahwa gambar di atas itu simplifikasi dari posisi sebenarnya,ya. Harusnya matahari itu jauh lebih besar dari pada bumi dan bulan, sudut θ juga harusnya ga setajam itu, tapi mendekati 90 derajat. Tapi penggambaran ini ga jauh beda dengan apa yang dilakukan oleh Aristarchus. Nah, untuk bisa mendapatkan perbandingan antara b dengan a, kira-kira apa yang harus dilakukan oleh Aristarchus? Dia tinggal menghitung sudut θ! Menghitung sudut bulan-bumi-matahari sudut θ Teknik yang dilakukan oleh Aristarchus untuk menghitung sudut θ ini ga jauh berbeda dengan yang dilakukan oleh Eratosthenes. Aristarchus tinggal meletakkan sebuah tongkat secara tegak ketika bulan itu berada tepat di atasnya, seperti gambar di atas. Berikutnya, dia bisa mengukur bayangan yang terbentuk akibat adanya sinar matahari di atas. Sudut ɸ bisa dicari dengan persamaan tan ɸ = Panjang bayangan / Panjang tongkat Berhubung sudut ɸ dan sudut θ saling bertolak belakang, maka kita bisa menyimpulkan bahwa θ = ɸ Hore! Aristarchus berhasil menghitung sudut antara bulan-bumi-matahari! Perbandingan jarak bumi-bulan dengan bumi-matahari Setelah sudut θ diketahui, perbandingan antara b dengan a pada gambar di atas tentu gampang dicari dong, ya? Yup, langsung aja Cos θ = b/a Nah, Aristarchus melakukan hal di atas dan menemukan bahwa sudut θ itu besarnya adalah 87o. Tinggal kita masukkan ke persamaan, deh Cos 87o = 1/19 Wah, berarti dapet nih! Perbandingan jarak bumi-bulan dengan bumi-matahari adalah 119! Aristarchus pun senang. ? Eh tunggu! Kok udah pakai Trigonometri sih? Emangnya di zaman Yunani kuno, Trigonometri sudah ditemukan? Okay, tentu Trigonometri yang kita kenal sekarang dengan nama-nama yang sok asik itu sin, cos, tan belum dikenal. Tapi konsep perbandingan segitiga siku-siku itu udah dikenal pada zaman Yunani kuno. Jadi ketika Aristarchus itu menemukan bahwa sudut yang harus dia cari perbandingannya adalah 87o misalnya, dia tinggal menggambar suatu segitiga siku-siku yang salah satu sudutnya adalah 87o. Setelah itu, dia ukur perbandingan antara sisi samping dengan sisi miringnya. Jadi dia ga perlu tahu tentang cosinus untuk bisa melakukan hal ini karena Trigonometri pun konsep dasarnya adalah dari perbandingan segitiga. Perhitungannya Aristarchus ini akurat ga sih? Meskipun metodenya Aristarchus ini menarik, tapi sayangnya hasil perhitungan dia sangat jauh dari ukuran yang sebenarnya. Menurut perhitungan modern, sudut sebenarnya itu bukan 87o, tapi 89,83o. Kalau kita masukkan ke dalam cosinus, hasil perhitungannya adalah 1400. Jauh banget ya. Supaya dia nggak sedih, gimana kalau kita bilang ke Aristarchus, “Ga apa-apa kok, Aristarchus! Aku tetap bangga sama kamu!” Anyway, meskipun belum akurat, tapi belum ada yang berhasil mengoreksi perhitungan Aristarchus ini sampai 1900 tahun kemudian loh! Sudut pengukuran Aristarchus ini kemudian diperbaiki oleh Godefroy Wendelin. Temuan Wendelin & Horrocks Pada abad ke-17, seorang astronom dari Flandria sekarang merupakan bagian dari Belgia bernama Godefroy Wendolin menggunakan teleskop untuk mengoreksi observasi sudut yang terbentuk diantara Bulan-Bumi-Matahari. Dengan kata lain, paman Wendolin mengoreksi metode Aristarchus. Ia juga memetakan lokasi bintang yang tersebar di angkasa. Beliau mengamati bahwa besar sudut tersebut bukanlah 87o namun 89,7o-89,75 o. Dengan koreksi tersebut maka kita dapat mengubah persamaan kita diatas tadi dan mendapatkan bahwa perbandingan jarak antara Bumi ke Bulan dan Bumi ke Matahari sebenernya mencapai 1 berbanding 220. Wow. Sekarang kita udah deket banget dengan nilai perbandingan jarak yang sebenarnya yaitu sekitar 1 berbanding 400. Selang 4 tahun kemudian, Jeremiah Horrocks seorang astronom dari Inggris menemukan metode lain untuk mengukur jarak antara Bumi dan Matahari. Untuk mengukur jarak tersebut beliau menggunakan posisi relatif Venus terhadap Matahari. Perhitungan Horrocks dilakukan dengan pengamatan terhadap Venus dari berbagai tempat di Bumi. Untuk memahami metode Horrocks, kita coba buat datanya lebih simpel dengan menaruh pengamatan pada dua titik saja. Coba perhatikan ilustrasinya. Nah, dari kedua lokasi tersebut, dilakukan pengamatan terhadap posisi Venus ketika posisi orbitnya dapat diamati dari Bumi. Posisi Venus ketika mengorbit Mataharinya pun diamati tidak hanya sekali saja. Kemudian Horrocs dapat memperhitungkan secara kasar berapa jarak d2 dengan menggunakan geometri. Dengan menggunakan hubungan sudut, diketahui bahwa θ1 dan θ2 besarnya sama. Kemudian dengan menggunakan nilai sin untuk sudut yang sangat kecil, diperoleh bahwa perbandingan d1/D1 sama dengan d2/D2. Dengan ilustrasi tersebut Horrocks juga dapat memperoleh estimasi jarak antara Bumi ke Matahari yaitu sekitar 144,840,960 km. Perhitungan beliau meleset sekitar 10 juta kilometer tapi nilai ini udah bagus banget. Metode Parallax Cassini, pengguna metode Parallax yang berhasil mengukur jarak antara Bumi dan Matahari dengan lebih akurat daripada pengukuran-pengukuran sebelumnya. Metode berikutnya adalah sebuah metode yang dinamakan Metode Parallax. Metode ini digunakan oleh seorang yang bernama Giovanni Cassini. Ia menjadi orang pertama yang bisa memberikan nilai yang cukup akurat mengenai jarak antara Matahari ke Bumi. Bagaimana Cassini bisa mendapatkan angka tersebut? Dengan mengukur jarak antara Bumi dan Mars. Loh? Iya, doi ngukur jarak antara Bumi dan Mars dulu, abis itu baru dia ngukur jarak antara Bumi dan Matahari. Gini ceritanya. Pada tahun 1672, Cassini menggunakan sebuah alat yang biasanya digunakan oleh pelaut untuk navigasi. Kecuali elo bajak laut atau pelaut mungkin elo nggak akan familiar dengan alat ini. Nama alatnya itu sextant. Ini aksesoris yang ditempel pada teleskop. Bentuknya kayak gini. Sextant, alat yang digunakan Cassini untuk membantu perhitungan dalam metode Parallax. Bentuknya mirip busur, ya? Nah, alat yang di bawahnya ini bisa ngukur nilai sudut yang cukup akurat. Jauh lebih akurat daripada ngukur sudut pake tongkat atau teleskop. BTW, sebenernya metode yang digunakan oleh Cassini ini sempat terlebih dahulu digunakan oleh seseorang bernama Huygens. Akan tetapi, banyak asumsi yang digunakan Huygens meleset sehingga Huygens dinyatakan tidak ilmiah. Maka Cassini dinyatakan sebagai penggagas metode yang biasa disebut sebagai Parallax. Nama mereka digunakan untuk dijadikan satelit yang digunakan untuk mempelajari Saturnus. Cassini-Huygens nama satelit buatannya, namun lebih dikenal dengan sebutan satelit Cassini. Kasian deh Huygens, nggak saintifik sih lo. Satelit ini merupakan satelin pertama yang berhasil memasuki orbit Saturnus. Ilustrasi satelit Cassini-Huygens, yang berhasil memasuki orbit Saturnus. Eksperimen untuk Mencari Sudut Parallax Sekarang kita bakal ngomongin bagian serunya nih. Huehehhe. Ekseperimen ini dilakukan Cassini dengan mengukur sudut yang terbentuk antara Mars dan Bumi dari dua sudut pandang berbeda. Nah yang gue jelasin di sini itu versi sederhana dari eksperimennya yah. Kalo aslinya, Cassini ngumpulin data segambreng dulu. Jadi dapat hasil rata-ratanya. Cassini melakukan pengukuran dari 2 tempat, yaitu Perancis dan Guyana Perancis French Guyana. Di Paris, Perancis, Cassini mendapatkan sudut alpha sebagai berikut Kemudian Cassini mengirim seorang kolega bernama John Richer untuk mengukur di Guyana Perancis. Guyana Perancis ini lokasinya ada di Amerika Selatan, ya. Kemudian, Richer mendapatkan sudut beta sebagai berikut Begitulah wajah Richer yang bete, soalnya harus keluar dari zona nyaman di Eropa dan menjelajah Amerika Selatan dulu untuk memperoleh data. Anyway, kalau kedua gambar itu kita zoom out, maka sudut alpha dan beta itu menjadi seperti ini Berhubung mereka bisa mengetahui posisi Paris dan Guyana Perancis dengan menghitung sudut ke matahari, maka mereka bisa tahu sudut gamma di bawah ini Nah, sudut Parallax yang mau mereka cari itu adalah sudut theta di bawah ini Sekarang elo gue kasih puzzle, nih biar kesannya bukan soal biar lebih rame dan seru. Kalau alpha, beta, gamma sudah diketahui, gimana cara mencari sudut thetanya? Nih biar kebayang gue kasih angka ini bukan nilai sebenarnya yah Misalkan besar sudut α = 75o. Terus sudut β besarnya 70o. Besar sudut γ itu 25o. Berapa coba nilai sudut θ Parallax-nya ? Silakan jawab di kolom komentar, ya. Kalo elo bingung gimana nyelesaiin puzzle-nya, nih gue kasih clue. Jarak Bumi-Mars Nah, kalau sudut parallax sudah diketahui, gimana cara Cassini menghitung jarak dari Bumi ke Mars? Kita gambar lagi yah. Puzzle terakhir nih terakhir. Tapi elo bakal paham, nih gimana cara ngitung jarak ke Mars. Misalkan D itu besarnya km. Kemudian misalkan sudut parallaxnya adalah 10o. Berapakah nilai L? tulis jawaban lu di comment lagi ya Sekali lagi kalo elo bingung, lo bisa cek artikel yang gue kasih tadi. Seru kan? Iseng-iseng berhadiah ilmu pengetahuan *tsaaah. Sekali lagi gue ingatkan nilai yang gue kasih di puzzle tadi, tuh, bukan nilai sebenarnya, yah. Sudut parallax itu aslinya nilainya nol koma sekian derajat. Kecil banget nilainya. Jadi nanti nilai L yang didapet yah gede banget juga, men. Jarak Bumi-Matahari Cassini sudah bisa menghitung jarak Bumi-Mars, tapi kan yang mau kita cari adalah jarak Bumi-Matahari. Jeng jeng. Ternyata belum selesai yah. Kebetulan, Astronom sebelum Cassini sudah bisa mengetahui jarak Mars ke Matahari ini ga kita bahas di sini ya karena kepanjangan. Kemudian, Cassini juga bisa mengukur sudut Mars-Bumi-Matahari, sebut aja sudut θ. Hati-hati ketuker dengan θ yang sudut parallax tadi yah. Kalau kita gambarkan ketika benda langit tersebut, gambarnya jadi begini Okay, kalau kita tahu besar L, x, dan theta, gimana cara menghitung p? Nih gue kasih angkanya lagi Diketahui nilai dari x adalah 228 km dan nilai dari L adalah 55 km. Sudut θ diketahui sebesar 60o Berapakah nilai p? tulis jawaban di komentar di bawah ya Clue-nya juga ada di artikel tadi, ya. Bagaimana dengan Perhitungan di Era Modern? Meski nilai yang diperoleh oleh Cassini memang tidak seratus persen akurat, yaitu meleset sekitar 6% dari nilai yang kita dapat dari hasil eksperimen di abad 21. Namun, untuk tepat dugaan lo. Nilai yang kita punya masih merupakan hasil suatu perhitungan dan mungkin saja dalam beberapa waktu ke depan seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, akan terjadi koreksi lagi terhadap nilai AU. Di era modern ini, jika kita ingin melakukan perhitungan jarak antara Bumi dan benda langit lainyya, kita bisa memanfaatkan teknologi seperti satelit. Pengukuran dilakukan dengan mengirimkan satelit mendekati benda langit yang ingin kita ukur jaraknya. Setelah itu yang perlu kita lakukan adalah mengirimkan sinyal pada satelit tersebut dan menunggu waktu terpantulnya sinyal tersebut oleh satelit sampai kembali ke Bumi. Keren, yah. Ternyata pertanyaan-pertanyaan yang mungkin tidak pernah terbayangkan untuk bisa dijawab oleh manusia dapat dicari jawabannya dengan metode yang simpel. Dengan geometri yang cukup sederhana dan pengetahuan untuk mengukur sudut, kita dapat mengukur berbagai hal seperti jarak dan diameter dari beragam benda langit yang ada di alam semesta. So, jangan pernah sekalipun menggantung mimpimu hanya setinggi pohon mangga, apalagi pohon toge. Gantungkan mimpimu setinggi langit. Bahkan Matahari yang belum mencapai ujung langit saja berjarak meter dari Bumi yang kita pijak. Siapa tahu dalam 30 tahun kedepan elo akan menjadi orang Mars pertama? Berarti elo menggantungkan cita-cita lo setinggi 229 juta kilometer. Anyway, sekian dulu pembahasan dari kami. Semoga tulisan ini bisa menginspirasi lo untuk terus menggali ilmu tentang alam semesta. To quote Buzz Lightyear, to infinity and beyond! Referensi [ Tentang metode Aristarchus yang ngukur pertama kali [ Metode perbaikan Jeremiah Horrocks [ History of using parallax [ [ Angle of Parallax [ [

jarak bumi ke langit ke 7